Ka’bah, sebuah bangunan yang terletak di jantung Masjidil Haram, Makkah, bukan hanya menjadi kiblat bagi miliaran umat Muslim di seluruh dunia saat melaksanakan salat, tetapi juga menyimpan sejarah dan makna yang mendalam. Setiap tahun, jutaan peziarah dari berbagai penjuru dunia memadati area di sekelilingnya untuk menunaikan ibadah haji dan umroh.
Bangunan suci ini diyakini didirikan oleh Nabi Ibrahim Alaihi Salam bersama putranya, Nabi Ismail Alaihi Salam , sebuah peristiwa yang diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 127. Ayat tersebut mengisahkan bagaimana keduanya meninggikan fondasi Baitullah seraya berdoa kepada Allah ﷻ.
Bagi umat Islam, terutama yang berencana mengunjungi Baitullah, pemahaman mengenai berbagai bagian Ka’bah menjadi penting. Artikel ini akan mengupas tuntas 10 elemen utama yang membentuk struktur dan keunikan Ka’bah, merujuk pada berbagai sumber terpercaya.
Evolusi Arsitektur Ka’bah: Jejak Sejarah Renovasi
Sejarah mencatat bahwa Ka’bah telah mengalami beberapa kali perbaikan. Renovasi signifikan terakhir terjadi pada masa kekhalifahan Dinasti Umayyah, di bawah kepemimpinan Malik bin Marwan. Perbaikan ini dilakukan setelah laporan dari Al-Hajjaj mengenai kondisi bangunan.
Sang khalifah kemudian memutuskan untuk mengembalikan struktur Ka’bah seperti bentuk aslinya, setelah sebelumnya sempat diubah dan diperluas oleh Abdullah bin Zubair dengan penambahan dua pintu.
Lantas, apa saja sebenarnya bagian-bagian yang membentuk bangunan suci Ka’bah ini? Berikut adalah ulasan mendalam mengenai 10 komponen pentingnya:
1. Syadzarwan: Fondasi Melengkung Pelindung Ka’bah

Syadzarwan adalah struktur melengkung yang mengelilingi bagian bawah dinding Ka’bah di area tempat dilakukannya tawaf. Penamaan ‘Syadzarwan’ sendiri mengimplikasikan fungsinya sebagai penutup atau pelindung bagian bawah Ka’bah, layaknya sarung yang melindungi Baitullah.
Syadzarwan yang dapat kita lihat saat ini merupakan hasil pembangunan pada tahun 1040 Hijriah oleh Sultan Murad dari Turki. Struktur ini terbuat dari marmer dengan ketinggian sekitar 11 cm dari lantai dasar dan lebar kurang lebih 40 cm. Uniknya, Syadzarwan hanya mengelilingi tiga sisi Ka’bah, yaitu timur, barat, dan selatan.
Sisi utara dibiarkan tanpa Syadzarwan, memungkinkan orang yang berada di bawah Mizab (pancuran air) Ka’bah untuk berdiri tanpa terhalang.
2. Hajar Aswad: Batu Surga Saksi Sejarah

Hajar Aswad, yang secara harfiah berarti ‘batu hitam’, merupakan batu terakhir yang dipasang oleh Nabi Ibrahim AS dalam penyempurnaan bangunan Ka’bah.
Diyakini sebagai pemberian dari Malaikat Jibril Alaihi Salam, batu ini terletak di sudut tenggara Ka’bah. Bentuknya menyerupai telur dengan warna hitam kemerahan dan di dalamnya terdapat sekitar 30 titik berwarna merah bercampur kuning.
Hajar Aswad dibingkai oleh perak setebal 10 cm yang dibuat oleh Abdullah bin Zubair, seorang sahabat Rasulullah ﷺ.
Menurut riwayat Ibnu Abbas, Rasulullah ﷺ bersabda bahwa Hajar Aswad turun dari surga dengan warna lebih putih dari susu, namun berubah menjadi hitam akibat dosa-dosa Bani Adam (HR. Tirmidzi).
3. Maqam Ibrahim: Jejak Kaki Nabi Ibrahim

Meskipun bernama ‘maqam’, yang dalam bahasa Arab berarti ‘tempat berdiri’ atau ‘letak kedua kaki’, tempat ini bukanlah makam Nabi Ibrahim AS. Maqam Ibrahim adalah batu yang menjadi pijakan kaki Nabi Ibrahim AS saat beliau membangun Ka’bah bersama putranya, Nabi Ismail AS.
Lokasinya berada di sisi timur Ka’bah, hanya beberapa meter dari pintu. Berbagai riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ sangat memuliakan batu ini. Selain menjadi pijakan Nabi Ibrahim saat membangun Ka’bah, batu ini juga digunakan oleh Nabi Muhammad ﷺ untuk menambatkan untanya dan menjadi tempat berdirinya Nabi Ibrahim saat datang bersama Siti Hajar dan Nabi Ismail.
4. Pintu Ka’bah: Simbol Kemuliaan yang Ditinggikan

Pintu Ka’bah saat ini terbuat dari emas murni 99,99% dengan dimensi panjang 3,1 meter, lebar 1,9 meter, dan kedalaman sekitar 2,25 meter. Berat kedua daun pintunya mencapai 280 kilogram. Dahulu, Ka’bah memiliki dua pintu yang terletak di sisi timur dan barat, keduanya sejajar dengan tanah.
Pintu timur berfungsi sebagai pintu masuk, sedangkan pintu barat sebagai pintu keluar. Namun, pintu barat (yang kini dikenal sebagai pintu taubat dan terletak di dekat tangga di dalam Ka’bah) kemudian ditutup oleh kaum Quraisy saat mereka melakukan pemugaran Ka’bah sebelum Nabi Muhammad ﷺ diangkat menjadi Rasul.
Saat ini, pintu timur ditinggikan dari permukaan tanah dan memiliki dua daun pintu. Pintu yang ada sekarang merupakan hadiah dari Raja Khalid bin Abdul Aziz pada masa pemerintahannya.
5. Kiswah: Kain Penutup Suci Berhias Kaligrafi Emas

Kiswah adalah kain berwarna hitam yang menutupi seluruh bagian luar Ka’bah. Kain ini terbuat dari sutra halus berkualitas tinggi dan dihiasi dengan jahitan kaligrafi benang emas yang indah.
Tinggi Kiswah mencapai 14 meter, dan pada sepertiga bagian atasnya terdapat ikat pinggang selebar 95 cm dengan panjang mencapai 47 meter. Ikat pinggang ini terdiri dari 16 bagian yang dikelilingi oleh hiasan segi empat berisi kaligrafi.
Setiap tahun, tradisi penggantian Kiswah Ka’bah dilaksanakan pada awal bulan Muharram atau Tahun Baru Islam, menjadi momen penting yang disaksikan oleh jutaan umat Muslim di seluruh dunia.
6. Atap Ka’bah: Struktur Kokoh di Balik Kemegahan

Pada awalnya, Ka’bah hanyalah bangunan tanpa atap yang terbuat dari susunan batu sederhana dengan tinggi sekitar 2 meter. Baru pada masa Al-Idrisi (abad ke-12 M), Ka’bah memiliki atap yang diyakini tidak banyak berubah sejak diperbaiki oleh Al-Hajjaj pada tahun 74 Hijriah.
Saat ini, Ka’bah memiliki dua lapisan atap dan permukaannya dilapisi marmer putih yang dikelilingi oleh dinding setinggi 80 cm. Di bagian atas atap terdapat beberapa tiang yang berfungsi untuk mengikatkan Kiswah agar tetap terpasang dengan kuat menutupi seluruh bangunan Ka’bah.
7. Mizab Ar-Rahman: Saluran Air Berkah dari Atap Ka’bah

Terletak di bagian barat daya Ka’bah, sekitar 60 cm di bawah atap, terdapat sebuah pancuran yang dikenal dengan nama Mizab Ar-Rahman. Fungsi utama pancuran ini adalah untuk mengalirkan air hujan yang terkumpul di atap Ka’bah.
Mizab Ar-Rahman berbentuk tabung dengan panjang total 2,58 meter, di mana 58 cm bagian pangkalnya tertanam di dalam dinding Ka’bah. Lebarnya adalah 25 cm dan tingginya 21 cm.
Salah satu palang pancuran dihiasi dengan rangkaian perak seberat 2,5 kilogram dengan panjang 190 cm yang diikatkan dengan 90 ikatan. Di ujung mulut pancuran terdapat penopang yang disebut “dagu pancuran,” yang dihiasi dengan emas dan berfungsi untuk memancarkan air. Penopang ini merupakan hadiah dari Konstantinopel pada tahun 981 Hijriah.
8. Multazam: Area Mustajab untuk Berdoa

Multazam adalah sebuah area yang terletak di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah, dengan jarak kurang lebih dua meter. Tempat ini diyakini sebagai salah satu area yang mustajab untuk berdoa.
Para jemaah yang tawaf dianjurkan untuk memanjatkan doa di Multazam sambil menempelkan kedua pipi, dada, kedua lengan, dan kedua telapak tangan mereka pada dinding Ka’bah dengan penuh khusyuk.
Hal ini dipraktikkan sebagai upaya meniru Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang konsisten melakukan iltizam, yaitu menempelkan dada, sisi wajah kanan, kedua lengan, dan telapak tangan secara terbuka pada dinding Ka’bah. Ini adalah manifestasi ketundukan seorang hamba kepada Allah Ta’ala, Pemilik rumah mulia itu.
9. Rukun Yamani: Sudut Ka’bah yang Menghadap Yaman

Rukun Yamani adalah salah satu sudut Ka’bah yang terletak di sisi barat daya, tepat sebelum Hajar Aswad searah dengan jalannya tawaf. Bagian ini memiliki ketinggian sekitar 10,25 meter.
Penamaannya, Rukun Yamani, merujuk pada posisinya yang menghadap ke arah Yaman. Saat melewati Rukun Yamani, jemaah sangat dianjurkan untuk mengusapnya sebagai bagian dari ibadah tawaf.
Sunnah ini dijelaskan dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari riwayat Ibnu Umar, yaitu
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ كَانَ لَا يَسْتَلِمُ إِلَّا الْحَجَرَ وَالرُّكْنَ الْيَمَانِي
Artinya: “Nabi ﷺ dulu hanya mengusap Hajar Aswad dan rukun Yamani.”
Doa Antara Bacaan Rukun Yamani Dan Hajar Aswad
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya: Robbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah, wa fil aakhiroti hasanah, wa qinaa ‘adzaaban-naar.
10. Hijr Ismail Al-Hatim

Dikenal pula dengan nama al-Hathim, Hijr Ismail adalah tembok berbentuk setengah lingkaran dengan ketinggian 3,11 meter yang terletak di sisi utara Ka’bah, persisnya di antara Rukun Syami dan Rukun Iraqi.
Di bagian depannya terukir kalimat bismillahi ar-rahman ar-rahim, sementara sisi kirinya memuat inskripsi berbahasa Arab yang menginformasikan pemugaran talang oleh Raja Arab Saudi, Fahd bin Abdul aziz Al Sa’ud, sebagai pelayan dua Tanah Suci.
Daya tarik utama Hijr Ismail bagi jemaah haji dan umroh adalah posisinya sebagai tempat yang diyakini mustajab untuk berdoa, sehingga banyak yang meluangkan waktu lebih lama di area ini. Selain itu, disunahkan pula untuk menunaikan salat sunah dua rakaat dengan mengenakan pakaian ihram sambil menghadap ke arah Mizab Ar-Rahman.
11. Pilar Ka’bah: Penyangga Kokoh di Dalam Rumah Allah
Di bagian dalam Ka’bah terdapat tiga pilar atau tiang penyangga yang terbuat dari kayu jati Burma yang kokoh. Menariknya, di antara ketiga pilar tersebut terdapat sebuah lemari kecil dengan corak emas.
Lemari ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai wewangian dan peralatan yang digunakan saat proses pembersihan bagian dalam Ka’bah.
Dengan memahami setiap bagian dari Ka’bah ini, umat Islam dapat semakin menghayati makna dan keagungan bangunan suci ini, serta menambah kekhusyukan dalam setiap ibadah yang dilaksanakan di sekitarnya.
Bagikan artikel ini kepada keluarga dan sahabat agar bermanfaat ya.